Dosa Dibalik Jilbab “Gaul”
Oleh: Ust. Abu Rufaid Agus Suseno, Lc
Alhamdulillah, kesadaran memakai jilbab telah mulai tumbuh di
kebanyakan wanita muslimah di tanah air kita. Memakai jilbab sudah bukan
merupakan barang aneh atau terlarang di tempat kerja. Namun, seiring
dengan perkembangan zaman dan terbukanya era globalisasi, banyak sekali
dari wanita muslim yang ingin berpakaian syar’i, mereka ingin memakai
jilbab, tapi mereka juga ingin tampil modis dan cantik. Mereka memakai
jilbab karena mengikuti trend atau agar terlihat “Islami”, terlihat
lebih anggun dan cantik, atau hanya ikut-ikutan saja. Maka mereka pun
lebih mementingkan faktor keindahannya, keanggunan dan gaya, TANPA
MEMPEDULIKAN SUDAH BENAR ATAU BELUM JILBAB YANG DIGUNAKANNYA.
Tak
pelak, kita dapatkan seorang wanita muslim mengenakan kerudung yang
menutupi kepala dan rambutnya, namun berpakaian tipis dan transparan,
atau ketat sehingga menampakkan lekuk tubuhnya. Contohnya, kepala
dibalut kerudung/jilbab, tapi berbaju atau berkaos ketat, bercelana
jeans atau legging yang mencetak lekuk tubuhnya.
Fenomena inilah
yang mulai menjamur dan membingungkan kebanyakan orang awam, sebagian
mereka berkomentar “MASIH MENDING PAKAI JILBAB GAUL DARIPADA GAK PAKE
SAMA SEKALI!!” Yang lain berkomentar, “LHO, INI KAN MASIH DALAM TAHAP
BELAJAR?!”, “YANG UDAH PAKE JILBAB DIKOMENTARIN TERUS, TAPI GIMANA SAMA
WANITA YANG PAKE BIKINI? KOK GAK DIKOMENTARIN?” Dan komentar
lainnya yang terkesan benar, tapi sejatinya sangat-sangat jauh dari
kebenaran. Karena seorang muslim dituntut untuk menjalankan agama secara
kaffah (total dan sempurna).
BAGAIMANA ISLAM MEMANDANG HAL FENOMENA INI?
ADAKAH DOSA DIBALIK JILBAB GAUL?
Jikalau kita cermati, jilbab yang dipakai oleh wanita muslimah itu
bermacam-macam. Bisa kita bagi secara umum menjadi 3 macam jilbab,
yaitu:
- Jilbab besar,
- Jilbab biasa,
- Jilbab gaul atau jilbab “funky bin jilbab nyekek leher” saja
Simak penjelasannya satu-persatu
- Jilbab besar adalah jilbab syar’i, yaitu jilbab yang menutup
seluruh aurat, tidak menjadi perhiasan dan pusat perhatian, tidak tipis,
tidak ketat, tidak menyerupai lelaki, tidak menyerupai wanita-wanita
kafir, tidak berparfum dan bukan termasuk pakaian syuhrah. Pakaian
syuhrah adalah setiap pakaian yang dipakai dengan tujuan untuk meraih
popularitas di tengah-tengah orang banyak, baik pakaian tersebut mahal
(yang dipakai seseorang untuk berbangga dengan dunia & perhiasannya)
maupun pakaian yang bernilai rendah (yang dipakai seseorang untuk
menampakkan kezuhudannya dan dengan tujuan riya’). (Imam Asy Syaukani
dalam Nailul Athar II/94)
- Adapun jilbab biasa adalah
sama dengan di atas, namun dengan ukuran yang sedang, tidak sebesar
jilbab di atas. Hukum jilbab seperti ini adalah tidak mengapa, asal
sifat-sifat yang ada pada jenis pertama (menutup seluruh aurat, tidak
menjadi perhiasan dan pusat perhatian, tidak tipis, tidak ketat, tidak
menyerupai lelaki, tidak menyerupai wanita-wanita kafir, tidak berparfum
dan bukan termasuk pakaian syuhrah) masih bisa dipertahankan.
- Sedangkan jilbab gaul adalah jilbab yang lagi booming sekarang ini. Contoh-contohnya:
Ada yang memakai kerudung dengan bawahan rok yang hanya sebetis/ malah
kain yang dipakai berbelah di depan (split), ada yang hanya mengikatkan
kerudung pada kepala tanpa menutup dada, ada yang memakai bawahan hanya
ngepas pada mata kaki dan tanpa kaos kai, ada juga yang memakai baju
berlengan panjang hingga pergelangan tangan tanpa decker/kaos tangan,
sehingga jika diangkat tangannya maka akan terlihat perhiasan yang ada
di tangannya, ada yang pakai kerudung tapi untaian rambutnya lebih
panjang daripada kerudungnya ada yang pakai kerudung “saringan tahu”
karena saking tipisnya sehingga rambut dan ikat rambutnya terlihat
jelas, ada yang pakai jilbab dengan corak warna yang mencolok sehingga
bisa mencuri perhatian sekitar terutama laki-laki. Ada yang menghiasi
jilbab dengan renda dan asesoris yang mencolok seperti bros, yang
terakhir, ada yang jilbab “nyekek leher” lalu luarnya ditambah
kerudung/kain yang berbeda warna dengan yang di dalam, yang terlihat
seperti “Biarawati Nasrani” …wal iya dzubillah.
Bagi wanita
muslimah yang memakai jilbab jenis ketiga ini, apakah bisa dikatakan
sudah cukup dan lebih “mending” dan baik daripada yang tidak pakai sama
sekali?
Jawabannya, justru bisa jadi wanita tersebut berdosa
karena melanggar batasan-batasan syari’at tentang jilbab dan busana
muslimah. Hal ini jika kita cermati, niscaya banyak sekali
penyimpangan-penyimpangan dari jenis jilbab “gaul” ini, antara lain:
A. JILBAB GAUL TIDAK MENUTUP AURAT SECARA SEMPURNA (HANYA “MEMBUNGKUS” AURAT)
Aurat wanita adalah seluruh tubuh, kecuali muka dan telapak tangan.
Namun, banyak dari busana muslimah saat ini, tidak menutupi aurat secara
keseluruhan. Masih ada saja celah-celah yang menampakkan aurat mereka.
Di antara mereka masih ada yang menampakkan leher, lengan, tangan, kaki.
Padahal jilbab syar’i adalah yang menutup aurat secara sempurna,
kecuali muka dan telapak tangan saja.
Dari Abu Dawud, dari Aisyah
berkata, bahwa Asma suatu kali mendatangi Rasulullah dengan mengenakan
pakaian tipis lalu Rasulullah berkata kepadanya,”Wahai Asma’, wanita
yang telah haid (maksudnya telah baligh), tidak boleh terlihat darinya
kecuali ini, beliau mengisyaratkan ke mukanya dan telapak tangannya.”
(HR.Abu Dawud no.4104)
B. JILBAB GAUL MENARIK PERHATIAN KAUM LELAKI
Di antara tujuan jilbab adalah melindungi diri dari godaan lelaki dan
menghindar dari fitnah, namun jilbab gaul justru malah menarik perhatian
kaum lelaki. Bagaimana mungkin jilbab justru menarik perhatian kaum
lelaki? Hal ini disebabkan antara lain:
- Jilbab gaul
berwarna warni dan dihiasi berbagai macam motif. Syaikh al Albani
menegaskan, “Tujuan disyari’atkannya memakai jilbab adalah untuk
menutup perhiasan wanita, maka tidak masuk akal jika seorang wanita
muslim memakai jilbab yang penuh motif & hiasan”. (Jilbab Mar’ah
Muslimah: 120)
Oleh karenanya, Allah berfirman,”Dan janganlah
menampakkan perhiasannya” (QS.An Nur: 31). Keumuman ayat ini menunjukkan
bahwa hiasan yang tidak boleh ditampakkan adalah mencakup pakaian itu
sendiri jika dipenuhi oleh hiasan yang menarik perhatian kaum lelaki.
APAKAH BERARTI SEORANG WANITA MUSLIM HARUS MEMAKAI PAKAIAN HITAM?
Tidak juga, karena kriteria pakaian bagi muslimah adalah pakaian yang
berwarna lazim atau familiar, tidak menjadi pusat perhatian. Sehingga,
jika suatu daerah justru membenci warna hitam, maka tidak mengapa dia
memilih pakaian berwarna terang seperti merah, hijau, dll jika termasuk
pakaian yang lazim dipakai.
Ibrahim an Nakha’i suatu hari bersama
Alqamah mendatangi para istri Nabi, mereka berdua mendapatkan istri
para Nabi memakai pakaian berwarna merah. (Jilbab Mar’ah Muslimah: 122)
- Jilbab gaul tipis dan transparan
Menutup aurat tidak mungkin terwujud dengan pakaian tipis dan
transparan, justru dengan pakaian tipis, akan menambah fitnah dan
menjadi hiasan bagi kaum wanita. Karenanya Nabi ﷺ bersabda, ”Dua
golongan dari ahli Neraka yang tidak pernah aku lihat: seseorang membawa
cambuk seperti ekor sapi yang dia memukul orang-orang, dan perempuan
yang berpakaian tapi telanjang, berlenggak-lenggok, kepalanya bagai
punuk onta yang bergoyang. Mereka tidak akan masuk surga dan tidak akan
mendapatkan baunya,sekalipun ia bisa didapatkan sejauh perjalanan sekian
dan sekian.” (HR.Muslim)
Ibnu Abdil Barr mengatakan,”Makna
‘kasiyatun ‘ariyatun’ (berpakaian tapi telanjang) adalah para wanita
yang memakai pakaian yang tipis yang menggambarkan bentuk tubuhnya,
pakaian tersebut belum menutupi (anggota tubuh yang wajib ditutup dengan
sempurna). Mereka berpakaian, namun hakikatnya mereka telanjang.”
(Jilbab Mar’ah Muslimah: 125-126)
- Jilbab Gaul ketat,
memakai jilbab itu bertujuan menghindari fitnah, dan hal ini tak mungkin
terwujud dengan memakai pakaian ketat. Meskipun terkadang pakaian ini
menutupi warna kulit, namun pakaian seperti ini menampakkan sebagian
bahkan seluruh lekuk tubuh.
- Jilbab Gaul berparfum,
padahal Nabi ﷺ menegaskan,”Tidaklah seorang wanita memakai minyak wangi
lalu keluar melewati sebuah kaum supaya mereka mencium parfumnya, maka
sesungguhnya wanita itu adalah pezina.” (HR.Ahmad)
-
Jilbab Gaul menyerupai wanita-wanita kafir, karena biasanya jilbab gaul
mengikuti mode yang sedang berkembang di dunia barat kemudian dipoles
sedikit dengan nuansa Islami, belum lagi dengan model yang sedang nge-
trend yang menyerupai biarawati nasrani..wal iya dzubillah
MENGAPA FENOMENA INI SEMAKIN MARAK DAN DIGANDRUNGI OLEH SEBAGIAN REMAJA PUTERI DAN WANITA MUSLIMAH?
Boleh jadi hal ini disebabkan pengetahuan mereka yang minim mengenai
jilbab yang syar’i. Sehingga mereka hanya ikut-ikutan saja, sebab
pemahaman keIslamannya masih minim. Atau mereka termakan berbagai
propaganda musuh-musuh Islam yang ingin menggiring kaum muslimah keluar
rumah dalam keadaan “telanjang” dengan alasan emansipasi, kesetaraan
gender,dll. Propaganda lainnya yang menyebutkan bahwa jilbab hanya adat
dan budaya negara Arab saja, dsb.
Bagaimana solusinya? Tentunya
dengan menanamkan pendidikan Islam secara menyeluruh dan
berkesinambungan kepada para generasi muda umat ini dimulai dari diri
mereka sendiri.
Wallahu A’lam